"الصَبْرُ عِنْدَ الصَّدمَةِ الْأُوْلَى" رواه
الشيخان عن أنس
Seorang wanita
menangis dan meratap di atas sebuah kuburan, kala itu. Lantas seorang lelaki
berjalan melewatinya. Mendapati wanita itu menangis di sana, lelaki tersebut
berseru kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah...!” Mendapat
perlakuan seperti itu, wanita tersebut memberi respon yang tidak begitu baik
kepada lelaki itu. “Apaan. Pergi sana! Kamu itu tidak merasakan apa yang aku
rasakan. Kamu tidak mengalami apa yang aku alami.” Merasa tidak perlu untuk
menanggapi sikap wanita itu, lelaki tersebut berlalu meninggalkan wanita itu.
Setelah lelaki
itu meninggalkan wanita tadi, ada orang lain yang menghampiri wanita tersebut
lalu bertanya, “Kamu tahu siapa lelaki yang tadi menghampirimu?”. “Tidak”,
jawab wanita itu. “Dia itu Rasulullaah saw.” Wanita itu pun terkejut seraya
beranjak pergi menuju rumah kediaman baginda Rasulullaah saw. “Wahai baginda
utusan Allah, maafkan saya. Tadi saya tidak mengenali anda. Saya berjanji akan
bersabar dan bertakwa kepada Allah”, wanita itu memohon. Dengan sikap wibawa
dan kharismanya, Rasulullah saw bersabda, “Sabar itu pada hentakan/tamparan
yang pertama kali.”
Cerita tersebut
direka dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim
dari shahabat Anas bin Malik.
Sabda suci Nabi
saw tersebut menerangkan pula firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 156
tentang sikap orang-orang sabar yang mendapatkan rahmat dan hidayah dari Allah SWT.
Bunyi ayat tersebut adalah
ٱلَّذِينَ إِذَآ
أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ
١٥٦
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji´uun"
Sungguh indah sabda Rasul saw, “Sabar itu pada tamparan yang
pertama”. Maksudnya adalah seseorang dikatakan bersabar jika ia langsung
mengingat Allah dan bersabar seketika ia tertimpa suatu musibah.
Orang sabar adalah orang yang tidak sempat melihat musibah, tetapi
langsung mengingat Dzat Yang Memberi musibah. Ketika ia mendapatkan mushibah
(yang menimpa), yang dalam banyak literatur Islam diterjemahkan sebagai cobaan,
ia langsung mengucapkan Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (sesungguhnya
kami adalah milik Allah dan sungguh hanya kepada-Nya lah kami kembali pulang)
sembari menyadari dan meyakini makna lafal tersebut.
Demikian orang yang sabar. Tidak ada tempat untuk mencela ketentuan
Allah, meratap, atau melampiaskan kesedihannya terhadap hal yang dilarang oleh
Allah. Sebaliknya, orang yang jika ditimpa musibah lantas ia berhati sempit, mengeluh,
menghujat ketentuan Allah, “Ya Allah, kenapa aku begini? Kenapa harus aku yang
mengalami ini?”, ia bukan termasuk orang sabar meskipun setelah itu ia sadar
dan sabar.
Sabar merupakan sikap menerima terhadap segala ketentuan dan vonis
dari Allah serta sikap takwa kepada Allah SWT dengan selalu menjalankan
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dari pengertian tersebut, dapat
diambil konsep tentang kondisi-kondisi sabar yang sering dijelaskan oleh para
ulama. Terdapat tiga kondisi sabar, yaitu sabar ketika ditimpa musibah (ash-shabru
‘indal mushiibah / الصبر
عند المصيبة),
sabar dalam menjalankan ketaatan pada Allah (ash-shabru fii thaa’atillaah /
الصبر في طاعة
الله
), dan sabar
dalam menjauhi maksiat (ash-shabru ‘anil ma’shiyah / الصبر عن المعصية).
Jika seorang hamba sudah memiliki sikap menerima terhadap ketentuan
dan vonis dari Allah SWT, tentu ketika ia ditimpa musibah ia langsung menerima
dan menyadari bahwa “Allah telah menentukan takdir ini untukku, tidak untuk
orang lain.” Ikhlas, untuk kemudian menjadi hamba yang memiliki posisi lebih
tinggi di sisi-Nya.
Jika seseorang sudah bertakwa kepada Allah SWT, tentu ia akan
selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Orang yang sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah SWT tidak
akan menyia-nyiakan waktu untuk berbuat kebajikan. Ketika adzan berkumandang,
ia segera berwudhu dan bersiap untuk shalat berjamaah. Meskipun banyak hal yang
“tanggung” untuk ditunda dan merasa lebih baik menyelesaikan pekerjaan lantas
menunda shalat berjamaah, tetapi orang sabar akan mendahulukan shalat berjamaah
yang merupakan suatu bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Orang yang sabar akan
rela menipiskan dompetnya untuk memberikan sebagian hartanya kepada yang lebih
membutuhkan. Semua itu hanya demi mendapat keridhaan Allah semata.
Orang sabar akan menutup mata ketika ada kesempatan untuk melihat
hal-hal yang dilarang oleh agama. Orang sabar akan menutup telinga dari
mendengarkan hal-hal yang dilarang agama, menutup mulut dari berbicara kotor,
menghentikan langkah dari menuju tempat yang dibenci Allah SWT, dan
menghentikan tangan dari melakukan hal yang dilarang Allah SWT. Meskipun semua
hal yang maksiat itu menggoda, tetapi orang yang dikatakan sabar adalah orang
yang bisa menahan diri dari melakukan dosa-dosa yang dihiasi oleh syetan dengan
bunga-bunga dunia (kata Bung Haji Rhoma).
Demikian orang yang sabar. Sangat banyak firman Allah SWT yang
memberi kabar gembira kepada orang-orang sabar. Allah SWT selalu menyertai
mereka. Allah SWT mencintai mereka.
Demikian orang yang sabar. Tidak pernah memandang dunia sebagai
dunia, tetapi selalu mengingat Sang
Pencipta alam raya.
Demikian orang sabar. Hatinya lapang, murni, dan selalu
menghambakan diri kepada Allah SWT.
Sabar juga merupakan salah satu washilah untuk memohon pertolongan
kepada Allah SWT. Dalam surat Al-Baqarah ayat 45, Allah SWT berfirman
وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ
وَٱلصَّلَوٰةِۚ
Dan hendaklah kalian memohon pertolongan (kepada Allah) dengan
sabar dan shalat.
Masalah di dunia ini tak pernah berhenti. Saat kita dilahirkan ke
dunia, saat itu pula lah kita memiliki masalah. Setiap masalah tentu ada
solusinya. Namun, tidak ada yang memberi solusi melainkan Dzat Yang memberi
masalah, yaitu Allah SWT. Dengan demikian, tidak ada yang pantas untuk diminta
pertolongan kecuali Allah semata.
Allah memerintahkan kita untuk memohon kepada-Nya dengan sabar dan
shalat. Sabar dan shalat merupakan suatu bentuk penghambaan yang harus
dilakukan sebelum memohon pertolongan kepada Allah. Sebagaimana dalam surat
Al-Fatihah ayat 5.
إِيَّاكَ نَعۡبُدُ
وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ ٥
5. Hanya kepada Engkaulah kami menghamba dan hanya kepada Engkaulah
kami memohon pertolongan.
Penghambaan didahulukan daripada permohonan pertolongan. Artinya,
sebelum memohon pertolongan, sadari dulu bahwa kita adalah hamba sembari
memperbaiki penghambaan kita kepada Allah SWT.
Dalam surat Al-Baqarah di atas telah disebutkan bahwa bentuk
penghambaan yang dijadikan washilah untuk memohon pertolongan kepada Allah SWT
adalah sabar dan shalat. Oleh karena itu, tidak usah khawatir ketika kita tidak
memiliki apa-apa untuk diberikan, tidak mampu berbuat apa-apa untuk membantu
orang, tetapi kita ingin ditolong oleh Allah. Karena Allah tidak menyuruh
apa-apa untuk memohon pertolongan kepada-Nya. Dia hanya memerintahkan kita
untuk sabar dan shalat. Perbaiki kualitas sabar dan shalat kita. Perbanyak
kuantitas ibadah kita. Insyaallaah, kita pasti ditolong oleh Allah SWT.
Walaahu a’lam bish shawaab.
Thanks for reading SABAR
No comments:
Post a Comment