MAKALAH
KARL MARX : AGAMA
SEBAGAI ALIENASI DAN CANDU
Dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Metodologi Pemikiran Agama dan Sosial yang diampu oleh Prof. Dr. H.
Barmawi Munte, M.A.
Oleh :
Hanif Rahmat
11611101
PONDOK PESANTREN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Karl marx, sebuah nama
yang mengguncang dunia Barat kala itu, atau mungkin sampai sekarang.
Pemikiran-pemikirannya tertuang dalam hiruk pikuk kegelisahan akademik dirinya.
Ia mengusung paham kapitalisme dalam dunia perekonomian. Ia pun mendobrak paham-paham
dan doktrin-doktrin tentang agama. Ia seorang pemikir yang gelisah tetapi
peduli terhadap kehidupan orang di sekitarnya. Pemikiran orang besar kelahiran
Jerman pada tangga 5 Mei 1818 ini banyak dipengaruhi
oleh Hegel, hal ini dikaitkan dengan latar pendidikan yang ditempuh Marx selama
di Univeritas Berlin berada dalam doktrinal George Wilhelm Friedrich von Hegel.
Selama dalam proses pendidikannya di samping tugasnya sebagai seorang murid,
Marx juga banyak mengkritisi pernyataan bahkan teori-teori yang dikemukakan
oleh Hegel sehingga dengan kekritisannya itu ia dikenal sebagai Young
Hegelians (Pals, 2001: 211). Dengan sikap kritisnya itu, Marx
menentang pernyataan hegel dan menyatakan bahwa materi adalah yang utama
sementara pikiran-wilayah konsep dan ide yang begitu penting bagi para pemikir
sebenaranya hanya refleksi semata.prinsif umum tentang dunia adalah riil, lebih
dapat ditemukan dalam kekuatan materi daripada konsep mental atau ide, secara
khusus ide tersebut mendasari dua tema inti perkembangan pemikirannya, yaitu :
(1) keyakinan bahwa realitas ekonomi menentukan perilaku manusia dan (2)
sejarah manusia adalah cerita tentang perjuangan kelas, konflik terus menerus
di setiap aspek masyarakat antara orang yang kaya (borjuis) dan para pekerja
(orang miskin/ proletar) (Pals, 2001: 216).
Secara fundamental
Marx menyatakan bahwa sejak kemunculan pertama di dunia, makhluk manusia tidak
dimotivasi ole hide-ide besar, tetapi olehkepentingan materi yang sangat dasar,
kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup. Dan ini merupakan suatu fakta
tentang gerakan atas pandangan materialis tentang dunia bahwa setiap manusia
membutuhkan makanan, pakaian dan tempa berteduh, maka setelah kebutuhan ini
sudah terpenuhi kepentingan lain sperti dorongan seni, seks dan lainnya
masih melakukan proses penciptaan kebutuhan dan tuntunan materi yang lain. Dan
semuanya ini dapat dipenuhi dengan mengembangkan apa yang disbeut sebagai suatu
cara produksi (Pals, 2001: 216).
Makalah ini bertujuan
untuk memahami kritik Karl Marx terhadap (pengguna) agama yang dituangkan dalam
pemikirannya yakni agama sebagai alienasi dan candu bagi manusia.
Hal-hal yang dibahas
dalam makalah ini berkaitan dengan kritik Marx mencakup isi, bentuk, dan fungsi
teori Marx yakni agama sebagai alienasi dan candu.
BAB II
PEMBAHASAN
KARL MARX : AGAMA
SEBAGAI ALIENASI DAN CANDU
Karl
Marx terkenal karena ucapannya bahwa “agama adalah candu rakyat”. Kalimat ini
sering diartikan seakan-akan Marx menuduh agama, menyesatkan dan menipu rakyat.
Dan memang, dari retorika Marxis kemudian, ucapan Marx itu sering dipakai dalam
arti tuduhan, bahwa agama dengan menjanjikan kebahagiaan di alam sesudah
kehidupan, membuat orang miskin dan tertindas menerima saja nasib daripada memberontak terhadapnya. Hal
itu lebih lagi berlaku bagi Lenin yang menulis bahwa “agama adalah candu bagi rakyat”, jadi agama dengan licik
diciptakan kelas-kelas atas untuk menenangkan rakyat tertindas.
Akan
tetapi bukan itulah yang dimaksud Marx (Magnis-Suseno, 1999: 46). Ia tidak
membicarakan apakah fungsi agama dalam masyarakat adalah positif atau negatif.
Melainkan ucapannya itu menanggapi kritik agama Feurbach. Marx setuju dengan
kritik itu. Tetapi menurut Marx, Feurbach berhenti di tengah jalan. Betul,
agama adalah dunia khayalan di mana manusia mencari dirinya sendiri. Tetapi,
Feurbach tidak bertanya mengapa manusia melarikan diri ke khayalan daripada
mewujudkan diri dalam kehidupan nyata. Jawaban yang diberikan Marx adalah: Karena
kehidupan nyata, dan itu berati: struktur kekuasaan dalam tidak mengizinkan
manusia untuk mewujudkan kekayan hakekatnya. Manusia melarikan diri ke dunia
khayalan karena dunia nyata menindasnya.
Dari
fakta dan pemikiran-pemikiran Marx dapat diketahui bahwa yang menjadi objek
kritik Marx ialah orang yang menjalankan agama, bukanlah agama itu sendiri.
Karena manusia merupakan faktor independen yang melatarbelakangi terciptanya
agama yang merupakan faktor dependen, atau sesuatu yang dipengaruhi. Sebagaimana
candu, semakin banyak dikonsumsi maka semakin menggerogoti jiwa pecandunya.
Namun selalu ada keinginan yang kuat dan hasrat tak tertahankan untuk seallu
menkonsumsi candu. Seperti itulah agama menurut Marx.
Dalam
pada itu, yang dikritik oleh Marx pun merupakan pemahaman manusia terhadap
agama itu sendiri yang pada akhirnya direalisasikan ke dalam kehidupan
sehari-hari.
Pertanyaan
yang terbesit dalam benak tentu tentang kebenaran teori Marx ini sebagai
refleksi kegundahan hatinya melihat keadaan sekitarnya, dan benarkah bahwa
manusia agar ia dapat mengembangkan diri sebagai mahkluk yang sosial dan
politik harus berhenti tunduk terhadap Allah? Jika pemikiran Marx ini dipandang
sebelah mata tentu sudah jelas bahwa dua pengandaian Marx ini tidak benar, haus kelihatan
dari praxis agama. Agama
bukan pelarian apabila agama justru memberdayakan para penganutnya untuk
membangun masyarakat yang solider dengan mereka yang mskin dan lemah,
masyarakat yang positif, damai saling menghormati, serta melawan ketidakadilan
dan penindasan mereka yang tidak
berdaya. Dan profil para agamawan harus memperlihatkan bahwa mencari Allah
bukan hanya tidak mengasingkan manusia dari dirinya sendiri, melainkan justru
akan mengembangkan identitas dan hakekatnya yang positif. Menjawab panggilan
Sang Pencipta memang tidak mungkin mengasingkan ciptaan dari hakekatnya, tetapi
hal itu hanya akan meyakinkan apabila kaum agamawan adalah manusia-manusia yang
terbuka, positif, toleran, yang memperhatikan saudara dan solider, yang
mencintai keadilan dan melawan ketidakadilan tanpa menjadi keras di dalam hati.
Akan
tetapi, jika dilihat secara komprehensif dan melihta latar belakang serta
metodologi dan kerangka berpikirnya, ia tidak bermaksud menjastifikasi semua
agama negatif, pun yang ia kritik pada dasarnya bukanlah agama itu sendiri,
melainkan manusia atau penggunanya.
Tidak
semua agama, memang, yang dianggap seperti itu oleh Marx, meskipun kebanyakan
orang menganggapnya sebagai paham dan pemikiran untuk semua agama. Berdasarkan
latar belakang Marx dan alasan yang diberikan Marx mengenai mengapa manusia
selalu pergi ke dunia khayalan, yang tidak lain adalah agama dan segala
aspeknya, agama yang dianggap candu oleh Marx adalah agama yang tidak bisa
dirasionalisasikan. Semuanya berbau khayalan dan mistik. Tidak membawa kemajuan
terhadap dunia nyata seperti perekonomian, kesejahteraan rakyat, kemakmuran,
sopan santun, dan lain sebagainya yang menyangkut aspek materi.
Semakin
manusia “mengkonsumsi” agama, maka ia akan semakin gila, atau bahkan ia sudah lebih
gila sebelumnya. Itulah yang selama ini diungkapkan oleh Marx. Manusia tidak
mempedulikan perihal-perihal materi yang sudah tentu hadir dalam kehidupan
nyata. Manusia hanya terlena dengan khayalan-khayalan mereka tentang agama dan
kehidupan akhirat, hikmah-hikmah, dan mistik.
Agama,
seperti candu, menghancurkan, menjerumuskan dan merusak tatanan kehidupan
manusia di muka bumi dengan janji-janji yang tidak rasional. Orang-orang yang
terpuruk di dunia nyata, misal dalam hal ekonomi maupun kesejahteraan hidup
lainnya, selalu melarika diri kepada agama. Mereka mencari ketenangan dalam
agama, seakan agama akan memberikan kesejahteraan dan uang yang banyak, padahal
tidak. Orang hanya akan semakin ketergantungan dengan agama.
“Agama
sebagai candu atau alienasi (pengasingan)” menuruk Marx merupakan refleksi dari
keadaan manusia yang tidak menjadi diri sendiri, manusia yang menjadi objek
Tuhan sehingga ia tidak memiliki otonomi terhadap diri sendiri tetapi malah
menggantungkan dirinya pada agama yang justru diciptaka oleh manusia. Ia tunduk
terhadap agama, ia kehilangan dirinya, tidak bisa menguasai diri untuk meraih
apa yang diinginkannya. Manusia tidak mengobjektifkan dirinya.
Pemahaman
seperti ini, menurut hemat penulis, tidak lepas dari pemikiran Marx mengenai
teori ekonomi dan politik. Ia menggiring prinsip-prinsip agama kepada
prinsip-prinsip ekonomi dan politik sehingga pemikiran kapitalis lah buahnya.
Manusia
terasing dari diri sendiri, tidak memiliki otonomi terhadap dirinya. Ia bekerja
di luar dirinya, dan tidak menjadi dirinya. Doktrin agama sebagai pengasingan
ini merupakan bentuk protes Marx terhadap agama dan keinginannya untuk
mendekonstruksi agama. Manusia-manusia yang putus asa dari kiprahnya di
kehidupan nyata memalingkan dirinya dari dunia kepada agama. Sungguh fenomena
yang mengganjal dan tidak layak dilakukan oleh manusia, menuru Marx. Agama
benar-benar telah menjadi candu yang mengasingkan manusia dari kemestian
dirinya sebagai manusia.
Bentuk
agama sebagai candu dan alienasi yang dikemukakan Marx tercermin dalam realitas
kehidupan manusia sendiri, yakni manusia memproyeksikan dirinya kepada Tuhan
dan tidak pernah melihat hakikat dirinya. Diktrin Marx ini ingin menafikan
agama berikut aspek-aspeknya dalam kehidupan manusia.
Seperti apa yang dikemukakan
Daniel L. Pals bahwa ada dua hal yang harus diperhatikan sejak awal berkenaan
dengan Karl Marx. Pertama, bentuk komunisme, Marx hanya
memberikan suatu teori tentang agama, bukan sebuah pemikiran total yang dengan
sendirinya menyerupai sebuah agama. Dan yang lebih penting apa yang dihadirkan
Marx dalam pemikirannya bukanlah suatu catatan tentang agama secara umum
melainkan suatu analisis tentang agama Kristen dan agama lainnya yang serupa
dengan menekankan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa dan
eskatologi. Sehingga dalam pemikirannya hanya pemikiran Kristen yang semula
memberikan pengaruh atas modal dasar teori yang telah dicetuskannya itu ketika
ia mengemukakan bahwa agama sebagai pelarian orang miskin dari penderitaan dan
penindasan ekonomi. Kedua, filsafat Marx begitu jauh
jangkauannya, apa yang ia tawarkan sebagai suatu “teori” tentang
agama tradisional merupakan bagian yang agak kecil dan tidak mesti sentral dari
pemikirannya.
Ketidakpercayaannya
terhadap agama, Marx melihat agama sebagaimana halnya Sigmund Frued yang
melihat agama melalui analisa individual neurotik begitu pula dengan Emile
Durkheim melalui analisa sosialnya, maka Marx pun menganalisa agama melalui
ekonomi dan politiknya sebagai alur pendekatan fungsional. Dengan pendekatan
tersebut menjadi suatu keberhasilan Marx dalam melihat agama melalui sudut
pandang kaitannya dengan ekonomi sehingga membawa Marx pada reduksionisme yang
khas (Pals, 2001: 242-243).
Teori
Marx mengenai agama sebagai alienasi dan candu ini mengungkapkan bahwa
penderitaan manusia adalah tempat kehadiran Tuhan. Paham ini mendobrak paham
manusia tentang otonom iagama yang mengekang kebebasan diri dan menghindari
agama serta tetap dalam aturan diri sendiri sebagai fitrah manusia untuk
berkiprah.
Agama
hanya untuk diikuti, tidak untuk diprotes. Manusia hanya boleh tunduk kepada
agama, tidak boleh membantah. Hal inilah yang menjadi keresahan Marx karena
disini manusia tidak dapat merealisasikan dirinya sendiri dalam kehidupan ini.
Manusia terus dikekang oleh agama, tetapi manusia selalu bergantung padanya
sehingga menimbulkan kekacauan, kehancuran, dan kerusakan tatanan kehidupan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Agama
sebagai candu memiliki arti bahwwa dalam agama manusia tidak menjadi diri sendiri,
melainkan ia menjadi objek Tuham. Manusia tidak mengobjektifkan diri sendiri
dalam kehidupan nyata ini.
Teori
ini dilatarbelakangi oleh prinsip-prinsip ekonomi dan politik yang dipertautkan
dengan agama.
Teori
ini juga mengindikasikan bahwa manusia tidak menjadi diri sendiri, tidak mampu
merealisasikan kehendak diri, dan tidak memiliki otonomi terhadap diri. Manusia
terasing dari diri sendiri disebabkan dogma-dogma agama. Namun, manusia tetap
selalu terlibat dalam agama berikut aspek-aspeknya.
Teori ini
mengindikasikan bahwa manusia memproyeksikan dirinya kepada Tuhan, tetapi tidak
pernah melihat hakikat dirinya sendiri. Sehingga dalam hal ini, Marx ingin
menafikan agama dai kehidupan manusia.
Karl
Marx mengungkapkan teori agama sebagai alienasi dan candu sebagai penderitaan
manusia yang merupakan tempat kehadiran Tuhan. Marx menghindarkan agama dari
kehidupan dan tetap ada dalam aturan diri.
Marx
tidak mengkritik agama itu sendiri, melainkan manusia yang menciptakan agama,
pun yang terlibat di dalamnya, tunduk padanya. Agama yang dikritik Marx pun
tidaklah semua agama, melainkan agama yang tidak bisa dirasionalisasikan.
B.
Komentar Singkat
Marx
membawa agama ke dalam ranah ekonomi dan politik yang jelas berbeda dalam
tujuan keberadaannya. Ekonomi dan duniawi untuk hal duniawi sedangkan agama
untuk hal ukhrawi tetapi memiliki nilai-nilai untuk menuntuk kehidupan duniawi.
Ia juga mengomentari agama yang dianggapnya tidak rasional karena memandang
pengamalan manusia itu sendiri terhadap agama. Doktrin ini merupakan doktrin
kapitalis dan materialistik yang menafikan agama berikut aspek-aspeknya. Ia
mendobrak paham tentang dogma agama dan menghindarinya agar manusia dapat
berbuat sekehendak hatinya untuk meraih segala tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
http://kampusbebeck.blogspot.com/2011/01/agama-candu-rakyat-kritik-karl-marx.html,
diakses pada tanggal 20 Juli 2013.
http://klinikpencerahan.blogspot.com/2012/07/karl-marx-agama-dan-alienasi.html,
diakses pada tanggal 20 Juli 2013.
L. Pals, Daniel.. Seven Theories of Religions;
Dari Animisme E.B. Taylor, Materialsm Karl Mark, hingga Antropologi Budaya
C.Geertz, Terj. Ali Noerjaman. Yogyakarta: Qalam. 2001.
Magnis,
Frans. & Suseno. Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke
Perselisihan Revisionisme. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. 1999.
\
Thanks for reading KARL MARX : AGAMA SEBAGAI ALIENASI DAN CANDU
makasih ka ini membantu dalam memahami pandangan agama Karl Marx...
ReplyDeleteJadi Komunis dan Agama sangat jelas perbedaannya. Kamunis itu hanya untuk hal ekonomi dan politik, sedangkang Agama itu lebih Umum.
ReplyDeleteSayang sekali Karl Marx tidak mendalami satu agamapun. Tapi saya sebagai muslim tidak menentang gagasan Ekonomi dan Politik oleh Karl Marx.
CMIWW !
Beribadahlah seakan kau akan mati esok. Bekerjalah seolah kau hidup seribu tahun.
ReplyDelete