Friday, January 23, 2015

SABAR

January 23, 2015
"الصَبْرُ عِنْدَ الصَّدمَةِ الْأُوْلَى" رواه الشيخان عن أنس


Seorang wanita menangis dan meratap di atas sebuah kuburan, kala itu. Lantas seorang lelaki berjalan melewatinya. Mendapati wanita itu menangis di sana, lelaki tersebut berseru kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah...!” Mendapat perlakuan seperti itu, wanita tersebut memberi respon yang tidak begitu baik kepada lelaki itu. “Apaan. Pergi sana! Kamu itu tidak merasakan apa yang aku rasakan. Kamu tidak mengalami apa yang aku alami.” Merasa tidak perlu untuk menanggapi sikap wanita itu, lelaki tersebut berlalu meninggalkan wanita itu.

Setelah lelaki itu meninggalkan wanita tadi, ada orang lain yang menghampiri wanita tersebut lalu bertanya, “Kamu tahu siapa lelaki yang tadi menghampirimu?”. “Tidak”, jawab wanita itu. “Dia itu Rasulullaah saw.” Wanita itu pun terkejut seraya beranjak pergi menuju rumah kediaman baginda Rasulullaah saw. “Wahai baginda utusan Allah, maafkan saya. Tadi saya tidak mengenali anda. Saya berjanji akan bersabar dan bertakwa kepada Allah”, wanita itu memohon. Dengan sikap wibawa dan kharismanya, Rasulullah saw bersabda, “Sabar itu pada hentakan/tamparan yang pertama kali.”

Cerita tersebut direka dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari shahabat Anas bin Malik.

Sabda suci Nabi saw tersebut menerangkan pula firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 156 tentang sikap orang-orang sabar yang mendapatkan rahmat dan hidayah dari Allah SWT. Bunyi ayat tersebut adalah
ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ ١٥٦
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji´uun"

Sungguh indah sabda Rasul saw, “Sabar itu pada tamparan yang pertama”. Maksudnya adalah seseorang dikatakan bersabar jika ia langsung mengingat Allah dan bersabar seketika ia tertimpa suatu musibah.

Orang sabar adalah orang yang tidak sempat melihat musibah, tetapi langsung mengingat Dzat Yang Memberi musibah. Ketika ia mendapatkan mushibah (yang menimpa), yang dalam banyak literatur Islam diterjemahkan sebagai cobaan, ia langsung mengucapkan Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sungguh hanya kepada-Nya lah kami kembali pulang) sembari menyadari dan meyakini makna lafal tersebut.

Demikian orang yang sabar. Tidak ada tempat untuk mencela ketentuan Allah, meratap, atau melampiaskan kesedihannya terhadap hal yang dilarang oleh Allah. Sebaliknya, orang yang jika ditimpa musibah lantas ia berhati sempit, mengeluh, menghujat ketentuan Allah, “Ya Allah, kenapa aku begini? Kenapa harus aku yang mengalami ini?”, ia bukan termasuk orang sabar meskipun setelah itu ia sadar dan sabar.

Sabar merupakan sikap menerima terhadap segala ketentuan dan vonis dari Allah serta sikap takwa kepada Allah SWT dengan selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dari pengertian tersebut, dapat diambil konsep tentang kondisi-kondisi sabar yang sering dijelaskan oleh para ulama. Terdapat tiga kondisi sabar, yaitu sabar ketika ditimpa musibah (ash-shabru ‘indal mushiibah / الصبر عند المصيبة), sabar dalam menjalankan ketaatan pada Allah (ash-shabru fii thaa’atillaah / الصبر في طاعة الله ), dan sabar dalam menjauhi maksiat (ash-shabru ‘anil ma’shiyah / الصبر عن المعصية).

Jika seorang hamba sudah memiliki sikap menerima terhadap ketentuan dan vonis dari Allah SWT, tentu ketika ia ditimpa musibah ia langsung menerima dan menyadari bahwa “Allah telah menentukan takdir ini untukku, tidak untuk orang lain.” Ikhlas, untuk kemudian menjadi hamba yang memiliki posisi lebih tinggi di sisi-Nya.

Jika seseorang sudah bertakwa kepada Allah SWT, tentu ia akan selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Orang yang sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk berbuat kebajikan. Ketika adzan berkumandang, ia segera berwudhu dan bersiap untuk shalat berjamaah. Meskipun banyak hal yang “tanggung” untuk ditunda dan merasa lebih baik menyelesaikan pekerjaan lantas menunda shalat berjamaah, tetapi orang sabar akan mendahulukan shalat berjamaah yang merupakan suatu bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Orang yang sabar akan rela menipiskan dompetnya untuk memberikan sebagian hartanya kepada yang lebih membutuhkan. Semua itu hanya demi mendapat keridhaan Allah semata.

Orang sabar akan menutup mata ketika ada kesempatan untuk melihat hal-hal yang dilarang oleh agama. Orang sabar akan menutup telinga dari mendengarkan hal-hal yang dilarang agama, menutup mulut dari berbicara kotor, menghentikan langkah dari menuju tempat yang dibenci Allah SWT, dan menghentikan tangan dari melakukan hal yang dilarang Allah SWT. Meskipun semua hal yang maksiat itu menggoda, tetapi orang yang dikatakan sabar adalah orang yang bisa menahan diri dari melakukan dosa-dosa yang dihiasi oleh syetan dengan bunga-bunga dunia (kata Bung Haji Rhoma).

Demikian orang yang sabar. Sangat banyak firman Allah SWT yang memberi kabar gembira kepada orang-orang sabar. Allah SWT selalu menyertai mereka. Allah SWT mencintai mereka.

Demikian orang yang sabar. Tidak pernah memandang dunia sebagai dunia, tetapi selalu  mengingat Sang Pencipta alam raya.

Demikian orang sabar. Hatinya lapang, murni, dan selalu menghambakan diri kepada Allah SWT.

Sabar juga merupakan salah satu washilah untuk memohon pertolongan kepada Allah SWT. Dalam surat Al-Baqarah ayat 45, Allah SWT berfirman
وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ
Dan hendaklah kalian memohon pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat.
Masalah di dunia ini tak pernah berhenti. Saat kita dilahirkan ke dunia, saat itu pula lah kita memiliki masalah. Setiap masalah tentu ada solusinya. Namun, tidak ada yang memberi solusi melainkan Dzat Yang memberi masalah, yaitu Allah SWT. Dengan demikian, tidak ada yang pantas untuk diminta pertolongan kecuali Allah semata.


Allah memerintahkan kita untuk memohon kepada-Nya dengan sabar dan shalat. Sabar dan shalat merupakan suatu bentuk penghambaan yang harus dilakukan sebelum memohon pertolongan kepada Allah. Sebagaimana dalam surat Al-Fatihah ayat 5.
إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ ٥
5. Hanya kepada Engkaulah kami menghamba dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.
Penghambaan didahulukan daripada permohonan pertolongan. Artinya, sebelum memohon pertolongan, sadari dulu bahwa kita adalah hamba sembari memperbaiki penghambaan kita kepada Allah SWT.

Dalam surat Al-Baqarah di atas telah disebutkan bahwa bentuk penghambaan yang dijadikan washilah untuk memohon pertolongan kepada Allah SWT adalah sabar dan shalat. Oleh karena itu, tidak usah khawatir ketika kita tidak memiliki apa-apa untuk diberikan, tidak mampu berbuat apa-apa untuk membantu orang, tetapi kita ingin ditolong oleh Allah. Karena Allah tidak menyuruh apa-apa untuk memohon pertolongan kepada-Nya. Dia hanya memerintahkan kita untuk sabar dan shalat. Perbaiki kualitas sabar dan shalat kita. Perbanyak kuantitas ibadah kita. Insyaallaah, kita pasti ditolong oleh Allah SWT.


Walaahu a’lam bish shawaab.

Usia Muda, Media, dan Narkoba

January 23, 2015
Usia Muda, Media, dan Narkoba
(dimuat di BERNAS edisi 19 Novermber 2014)

     Sekitar 50 orang meninggal dunia setiap hari karena narkoba. Ketua Umum DPP Gerakan Nasional Anti Narkoba (Granat), Henry Yosodiningrat, menuturkan bahwa angka kematian yang mengerikan itu terjadi, karena Indonesia sudah menjadi tujuan peredaran narkoba, bukan lagi tempat transit barang haram itu. Bahkan, penduduk Tanah Air ini telah memproduksi sendiri barang setan tersebut yang tujuannya tiada lain adalah untuk disalahgunakan. 
     Perlu diketahui bahwa diantara bentuk penyalahgunaan narkoba adalah mengkonsumsinya untuk selain pengobatan atau penelitian dan mengedarkannya kepada pihak-pihak yang tidak berhak menggunakannya. Narkoba dapat membuat penggunanya hilang kesadaran, mengalami halusinasi, pikiran melayang, dan kesenangan sementara.
     Dewasa ini, penyalahguna narkoba bukan hanya dari kalangan elit dewasa, namun juga anak kecil yang masih memiliki masa depan tetapi hancur karena rasa penasaran terhadap narkoba, kemudian dilampiaskan. Hal ini tidak lain karena lingkungan yang mendorongnya untuk menyalahgunakan narkoba, meskipun sakunya tidak mendukung. Ironisnya, banyak pula konsumen barang haram itu adalah para artis yang menjadi sorotan masyarakat karena popularitasnya yang membubung di media. Selain itu, idola-idola masyarakat pun telah mengkonsumsi narkoba. 
     Misalnya saja penangkapan Raffi Ahmad yang dilakukan pada Ahad (27/1) pukul 05.30 WIB dan dipimpin oleh Deputi Penindakan BNN Irjen Benny Mamoto di kediaman mantan kekasihnya, Yuni Shara, menjadi berita terhangat yang mencoreng nama baik dunia remaja dan Indonesia. Ia ditangkap lantaran mengadakan pesta narkoba di rumahnya, Lebak Bulus.
Sammy, vokalis band Kerispatih, ditangkap kala tengah berpesta shabu-shabu di sebuah rumah kos-kosan di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa malam (03/02/10). 
Roy Martin dicokok polisi saat pesta shabu-shabu bersama empat temannya di sebuah hotel di Apartemen Novotel, Jalan Ngagel, Surabaya, pada 13 November 2007. Sebelumnya Roy pernah mendekam di penjara lantaran kasus sejenis. Ini mengindikasikan bahwa hukuman di Indonesia tidak membuat para pembuat onar jera.
     Belum usai kasus Roy Martin, rocker gaek Ahmad Albar ditangkap tim reserse Mabes Polri karena diduga terlibat kasus penemuan 490 ribu butir ekstasi di apartemen Taman Anggrek, Jakarta Barat. Dan masih banyak lagi kasus-kasus sejenis di kalangan selebritis.
Di sisi lain, yang lebih memprihatinkan lagi, para konsumen narkoba adalah orang-orang yang idealnya masih dalam usia produktif.
     Misalnya saja, artis cantik pelantun tembang 'Aku Tak Biasa', Alda Risma, meninggal pada usia 24 tahun pada tahun 2006 di sebuah kamar hotel di kawasan Matraman, Jakarta Timur. Diduga penyebab kematiannya adalah overdosis lantaran di sekujur tubuhnya terdapat banyak bekas suntikan. 
     Ryan Hidayat, seorang aktor Indonesia yang tenar pada tahun 90-an, meninggal karena overdosis pada usia 26 tahun.
     Sebuah nama yang terpatri dalam lagu penyanyi legendaris Iwan Fals yang tidak lain adalah nama dari anak pertamanya sendiri, Galang Rambu Anarki, meninggal dalam usia sangat belia, 15 tahun, lantaran mengkonsumsi barang setan, narkoba.
     Masih banyak artis yang terlibat kasus narkoba, baik yang diketahui maupun tidak, seperti artis berinisial YL yang belum diketahui identitas lengkapnya oleh publik 
     Lebih parah lagi, caleg-caleg aktivis partai politik pun diduga terjerembab dalam kungkungan penyalahgunaan narkoba. Alangkah negerinya lucu ini. Sengaja dibalik untuk menyatakan bahwa sifat lucu sudah tak terpisah dari negeri ini, seperti basah dan airnya, air dan basahnya.
     Data statistik Badan Narkotik Nasional menyatakan bahwa dari 40 kasus yang masuk kepolisian, hanya 10 persen yang melibatkan pelaku dengan usia  diatas 30 tahun. Ini mengindikasikan bahwa mayoritas konsumen narkoba adalah dari kalangan muda yang masih produktif, yakni sekitar usia 15-30 tahun.
     Hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan, prevalensi penyalahgunaan narkoba di lingkungan pelajar mencapai 4,7 persen dari jumlah pelajar dan mahasiswa atau sekitar 921.695 orang (ANTARA News. Sabtu, 9 Februari 2011).
     AHRN pun menemukan terjadi peningkatan penggunaan narkoba di usia yang semakin dini. Dari lebih 500 responden remaja pengguna narkoba, termasuk pelajar dan mahasiswa yang diwawancarai, separuhnya atau 50 persen memulai penggunaan narkoba mulai umur 9-15 tahun. Menurut Ratna, hasil wawancara mendalam dengan para remaja pengguna menemukan bahwa peningkatan penggu naan narkoba di kalangan usia dini remaja adalah karena kemudahan untuk mendapatkan narkoba, rasa keingintahuan yang besar, dan pengaruh dari teman sebaya (www.bnn.go.id).
     Dari data tersebut jelaslah bahwa mayoritas pengguna narkoba dan barang terlarang lainnya adalah dari kalangan yang relatif masih muda dan berusia produktif.
     Para pemuda dan orang-orang berusia produktif lainnya memegang peran penting bagi perkembangan Indonesia ke depannya. Indonesia tengah mengalami kemiskinan figur-figur pemuda yang bermoral dan berakhlak mulia. Jika masa muda dijadikan sebagai ajang untuk bersenang-senang, berpesta fora, fly, dan perbuatan-perbuatan hedonis nan keji lainnya tentu Indonesia akan semakin terpuruk karena masa depan Indonesia berada di tangan kaum muda yang demikian adanya. Kaum muda lah yang seharusnya memegang tampuk kejayaan generasi sebelumnya yang telah susah payah memperjuangkannya untuk tanah air ini. Bukan menjadi seorang wakil rakyat yang penarkoba.
Namun sayang seribu sayang, media, yang seharusnya menyajikan hal-hal positif yang merangsang kesadaran umat, pada kenyataannya hanya semakin mencabik-cabik harga diri negara dengan mengumbar tindakan kejahatan narkoba dengan konsentrasi yang amat pekat. Frekuensi kabar mengenai kejahatan narkoba lebih besar dibandingkan dengan berita tentang pencegahan dan rehabilitasi. 
     Hasil survey menunjukkan bahwa dalam waktu 1 tahun ini, isu narkoba yang paling banyak diberitakan media adalah penindakan terhadap kejahatan narkoba yaitu sebesar 38%, dari 1694 berita. Akibatnya, proses penindakan terhadap kasus narkoba selalu menjadi primadona pembahasan di media online. Kemudian disusul pemberantasan sebesar 28%, pencegahan sebesar 18%, regulasi sebesar 13% dan rehabilitasi sebesar 3%. Dengan kata lain, media selalu menampakkan sisi pesimistis negeri ini. Padahal, jika yang lebih ditonjolkan di media adalah berita-berita tentang pencegahan narkoba, rehabilitasi, dan regulasi, maka secara tidak langsung akan membentuk mindset masyarakat yang optimis dan akan berusaha untuk memperbaiki diri. Minimal ada rasa malu dan keinginan untuk bergerak menuju perbaikan.
     Media merupakan sarana paling efektif untuk merusak moral bangsa, atau memperbaikinya. Media adalah momok terbesar bagi bangsa Indonesia jika melihat sajian-sajiannya yang penuh dengan hedonisme dan pemenuhan nafsu diri.
     Oleh karena itu, untuk mencegah penyalahgunaan narkoba, selain dengan pendidikan orang tua, memasukkannya ke lembaga-lembaga pengembangan moral seperti pesantren dan sebagainya, pemahaman akan informasi yang jelas dan akurat, tanggap lingkungan, hubungan interpersonal yang baik, juga menghindari buaian media yang banyak tipuan dan manipulasi, terutama manipulasi psikologi seperti data isu narkoba yang telah diungkapkan sebelumnya. Langkah terbaik untuk mengatasi keganasan media adalah memfilter segala yang ditayangkan oleh media, karena semua orang adalah para konsumen media.

Hanif Rahmat

SATGAS Anti Narkoba Universitas Islam Indonesia

Copyright © KESAKSIAN. All rights reserved. Template by CB Blogger