Saturday, July 20, 2013

KARL MARX : AGAMA SEBAGAI ALIENASI DAN CANDU

July 20, 2013
MAKALAH
KARL MARX : AGAMA SEBAGAI ALIENASI DAN CANDU

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Pemikiran Agama dan Sosial yang diampu oleh Prof. Dr. H. Barmawi Munte, M.A.




Oleh :
Hanif Rahmat
11611101

PONDOK PESANTREN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2013




BAB I
PENDAHULUAN

Karl marx, sebuah nama yang mengguncang dunia Barat kala itu, atau mungkin sampai sekarang. Pemikiran-pemikirannya tertuang dalam hiruk pikuk kegelisahan akademik dirinya. Ia mengusung paham kapitalisme dalam dunia perekonomian. Ia pun mendobrak paham-paham dan doktrin-doktrin tentang agama. Ia seorang pemikir yang gelisah tetapi peduli terhadap kehidupan orang di sekitarnya. Pemikiran orang besar kelahiran Jerman pada tangga 5 Mei 1818 ini banyak dipengaruhi oleh Hegel, hal ini dikaitkan dengan latar pendidikan yang ditempuh Marx selama di Univeritas Berlin berada dalam doktrinal George Wilhelm Friedrich von Hegel. Selama dalam proses pendidikannya di samping tugasnya sebagai seorang murid, Marx juga banyak mengkritisi pernyataan bahkan teori-teori yang dikemukakan oleh Hegel sehingga dengan kekritisannya itu ia dikenal sebagai Young Hegelians (Pals, 2001: 211).  Dengan sikap kritisnya itu, Marx menentang pernyataan hegel dan menyatakan bahwa materi adalah yang utama sementara pikiran-wilayah konsep dan ide yang begitu penting bagi para pemikir sebenaranya hanya refleksi semata.prinsif umum tentang dunia adalah riil, lebih dapat ditemukan dalam kekuatan materi daripada konsep mental atau ide, secara khusus ide tersebut mendasari dua tema inti perkembangan pemikirannya, yaitu : (1) keyakinan bahwa realitas ekonomi menentukan perilaku manusia dan (2) sejarah manusia adalah cerita tentang perjuangan kelas, konflik terus menerus di setiap aspek masyarakat antara orang yang kaya (borjuis) dan para pekerja (orang miskin/ proletar) (Pals, 2001: 216).  
Secara fundamental Marx menyatakan bahwa sejak kemunculan pertama di dunia, makhluk manusia tidak dimotivasi ole hide-ide besar, tetapi olehkepentingan materi yang sangat dasar, kebutuhan dasar  untuk kelangsungan hidup. Dan ini merupakan suatu fakta tentang gerakan atas pandangan materialis tentang dunia bahwa setiap manusia membutuhkan makanan, pakaian dan tempa berteduh, maka setelah kebutuhan ini sudah terpenuhi kepentingan lain sperti  dorongan seni, seks dan lainnya masih melakukan proses penciptaan kebutuhan dan tuntunan materi yang lain. Dan semuanya ini dapat dipenuhi dengan mengembangkan apa yang disbeut sebagai suatu cara produksi (Pals, 2001: 216).  
Makalah ini bertujuan untuk memahami kritik Karl Marx terhadap (pengguna) agama yang dituangkan dalam pemikirannya yakni agama sebagai alienasi dan candu bagi manusia.
Hal-hal yang dibahas dalam makalah ini berkaitan dengan kritik Marx mencakup isi, bentuk, dan fungsi teori Marx yakni agama sebagai alienasi dan candu.


BAB II
PEMBAHASAN
KARL MARX : AGAMA SEBAGAI ALIENASI DAN CANDU

Karl Marx terkenal karena ucapannya bahwa “agama adalah candu rakyat”. Kalimat ini sering diartikan seakan-akan Marx menuduh agama, menyesatkan dan menipu rakyat. Dan memang, dari retorika Marxis kemudian, ucapan Marx itu sering dipakai dalam arti tuduhan, bahwa agama dengan menjanjikan kebahagiaan di alam sesudah kehidupan, membuat orang miskin dan tertindas menerima saja nasib daripada memberontak terhadapnya. Hal itu lebih lagi berlaku bagi Lenin yang menulis bahwa “agama adalah candu bagi rakyat”, jadi agama dengan licik diciptakan kelas-kelas atas untuk menenangkan rakyat tertindas.
Akan tetapi bukan itulah yang dimaksud Marx (Magnis-Suseno, 1999: 46). Ia tidak membicarakan apakah fungsi agama dalam masyarakat adalah positif atau negatif. Melainkan ucapannya itu menanggapi kritik agama Feurbach. Marx setuju dengan kritik itu. Tetapi menurut Marx, Feurbach berhenti di tengah jalan. Betul, agama adalah dunia khayalan di mana manusia mencari dirinya sendiri. Tetapi, Feurbach tidak bertanya mengapa manusia melarikan diri ke khayalan daripada mewujudkan diri dalam kehidupan nyata. Jawaban yang diberikan Marx adalah: Karena kehidupan nyata, dan itu berati: struktur kekuasaan dalam tidak mengizinkan manusia untuk mewujudkan kekayan hakekatnya. Manusia melarikan diri ke dunia khayalan karena dunia nyata menindasnya.
Dari fakta dan pemikiran-pemikiran Marx dapat diketahui bahwa yang menjadi objek kritik Marx ialah orang yang menjalankan agama, bukanlah agama itu sendiri. Karena manusia merupakan faktor independen yang melatarbelakangi terciptanya agama yang merupakan faktor dependen, atau sesuatu yang dipengaruhi. Sebagaimana candu, semakin banyak dikonsumsi maka semakin menggerogoti jiwa pecandunya. Namun selalu ada keinginan yang kuat dan hasrat tak tertahankan untuk seallu menkonsumsi candu. Seperti itulah agama menurut Marx.
Dalam pada itu, yang dikritik oleh Marx pun merupakan pemahaman manusia terhadap agama itu sendiri yang pada akhirnya direalisasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Pertanyaan yang terbesit dalam benak tentu tentang kebenaran teori Marx ini sebagai refleksi kegundahan hatinya melihat keadaan sekitarnya, dan benarkah bahwa manusia agar ia dapat mengembangkan diri sebagai mahkluk yang sosial dan politik harus berhenti tunduk terhadap Allah? Jika pemikiran Marx ini dipandang sebelah mata tentu sudah jelas bahwa dua pengandaian Marx ini tidak benar, haus kelihatan dari praxis agama. Agama bukan pelarian apabila agama justru memberdayakan para penganutnya untuk membangun masyarakat yang solider dengan mereka yang mskin dan lemah, masyarakat yang positif, damai saling menghormati, serta melawan ketidakadilan dan penindasan mereka yang tidak berdaya. Dan profil para agamawan harus memperlihatkan bahwa mencari Allah bukan hanya tidak mengasingkan manusia dari dirinya sendiri, melainkan justru akan mengembangkan identitas dan hakekatnya yang positif. Menjawab panggilan Sang Pencipta memang tidak mungkin mengasingkan ciptaan dari hakekatnya, tetapi hal itu hanya akan meyakinkan apabila kaum agamawan adalah manusia-manusia yang terbuka, positif, toleran, yang memperhatikan saudara dan solider, yang mencintai keadilan dan melawan ketidakadilan tanpa menjadi keras di dalam hati.
Akan tetapi, jika dilihat secara komprehensif dan melihta latar belakang serta metodologi dan kerangka berpikirnya, ia tidak bermaksud menjastifikasi semua agama negatif, pun yang ia kritik pada dasarnya bukanlah agama itu sendiri, melainkan manusia atau penggunanya.
Tidak semua agama, memang, yang dianggap seperti itu oleh Marx, meskipun kebanyakan orang menganggapnya sebagai paham dan pemikiran untuk semua agama. Berdasarkan latar belakang Marx dan alasan yang diberikan Marx mengenai mengapa manusia selalu pergi ke dunia khayalan, yang tidak lain adalah agama dan segala aspeknya, agama yang dianggap candu oleh Marx adalah agama yang tidak bisa dirasionalisasikan. Semuanya berbau khayalan dan mistik. Tidak membawa kemajuan terhadap dunia nyata seperti perekonomian, kesejahteraan rakyat, kemakmuran, sopan santun, dan lain sebagainya yang menyangkut aspek materi.
Semakin manusia “mengkonsumsi” agama, maka ia akan semakin gila, atau bahkan ia sudah lebih gila sebelumnya. Itulah yang selama ini diungkapkan oleh Marx. Manusia tidak mempedulikan perihal-perihal materi yang sudah tentu hadir dalam kehidupan nyata. Manusia hanya terlena dengan khayalan-khayalan mereka tentang agama dan kehidupan akhirat, hikmah-hikmah, dan mistik.
Agama, seperti candu, menghancurkan, menjerumuskan dan merusak tatanan kehidupan manusia di muka bumi dengan janji-janji yang tidak rasional. Orang-orang yang terpuruk di dunia nyata, misal dalam hal ekonomi maupun kesejahteraan hidup lainnya, selalu melarika diri kepada agama. Mereka mencari ketenangan dalam agama, seakan agama akan memberikan kesejahteraan dan uang yang banyak, padahal tidak. Orang hanya akan semakin ketergantungan dengan agama.
“Agama sebagai candu atau alienasi (pengasingan)” menuruk Marx merupakan refleksi dari keadaan manusia yang tidak menjadi diri sendiri, manusia yang menjadi objek Tuhan sehingga ia tidak memiliki otonomi terhadap diri sendiri tetapi malah menggantungkan dirinya pada agama yang justru diciptaka oleh manusia. Ia tunduk terhadap agama, ia kehilangan dirinya, tidak bisa menguasai diri untuk meraih apa yang diinginkannya. Manusia tidak mengobjektifkan dirinya.
Pemahaman seperti ini, menurut hemat penulis, tidak lepas dari pemikiran Marx mengenai teori ekonomi dan politik. Ia menggiring prinsip-prinsip agama kepada prinsip-prinsip ekonomi dan politik sehingga pemikiran kapitalis lah buahnya.
Manusia terasing dari diri sendiri, tidak memiliki otonomi terhadap dirinya. Ia bekerja di luar dirinya, dan tidak menjadi dirinya. Doktrin agama sebagai pengasingan ini merupakan bentuk protes Marx terhadap agama dan keinginannya untuk mendekonstruksi agama. Manusia-manusia yang putus asa dari kiprahnya di kehidupan nyata memalingkan dirinya dari dunia kepada agama. Sungguh fenomena yang mengganjal dan tidak layak dilakukan oleh manusia, menuru Marx. Agama benar-benar telah menjadi candu yang mengasingkan manusia dari kemestian dirinya sebagai manusia.
Bentuk agama sebagai candu dan alienasi yang dikemukakan Marx tercermin dalam realitas kehidupan manusia sendiri, yakni manusia memproyeksikan dirinya kepada Tuhan dan tidak pernah melihat hakikat dirinya. Diktrin Marx ini ingin menafikan agama berikut aspek-aspeknya dalam kehidupan manusia.
Seperti apa yang dikemukakan Daniel L. Pals bahwa ada dua hal yang harus diperhatikan sejak awal berkenaan dengan Karl Marx. Pertama, bentuk komunisme, Marx hanya memberikan suatu teori tentang agama, bukan sebuah pemikiran total yang dengan sendirinya menyerupai sebuah agama. Dan yang lebih penting apa yang dihadirkan Marx dalam pemikirannya bukanlah suatu catatan tentang agama secara umum melainkan suatu analisis tentang agama Kristen dan agama lainnya yang serupa dengan menekankan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa  dan eskatologi. Sehingga dalam pemikirannya hanya pemikiran Kristen yang semula memberikan pengaruh atas modal dasar teori yang telah dicetuskannya itu ketika ia mengemukakan bahwa agama sebagai pelarian orang miskin dari penderitaan dan penindasan ekonomi. Kedua, filsafat Marx begitu jauh jangkauannya, apa yang ia tawarkan sebagai suatu “teori” tentang agama tradisional merupakan bagian yang agak kecil dan tidak mesti sentral dari pemikirannya.
Ketidakpercayaannya terhadap agama, Marx melihat agama sebagaimana halnya Sigmund Frued yang melihat agama melalui analisa individual neurotik begitu pula dengan Emile Durkheim melalui analisa sosialnya, maka Marx pun menganalisa agama melalui ekonomi dan politiknya sebagai alur pendekatan fungsional. Dengan pendekatan tersebut menjadi suatu keberhasilan Marx dalam melihat agama melalui sudut pandang kaitannya dengan ekonomi sehingga membawa Marx pada reduksionisme yang khas (Pals, 2001: 242-243).  
Teori Marx mengenai agama sebagai alienasi dan candu ini mengungkapkan bahwa penderitaan manusia adalah tempat kehadiran Tuhan. Paham ini mendobrak paham manusia tentang otonom iagama yang mengekang kebebasan diri dan menghindari agama serta tetap dalam aturan diri sendiri sebagai fitrah manusia untuk berkiprah.
Agama hanya untuk diikuti, tidak untuk diprotes. Manusia hanya boleh tunduk kepada agama, tidak boleh membantah. Hal inilah yang menjadi keresahan Marx karena disini manusia tidak dapat merealisasikan dirinya sendiri dalam kehidupan ini. Manusia terus dikekang oleh agama, tetapi manusia selalu bergantung padanya sehingga menimbulkan kekacauan, kehancuran, dan kerusakan tatanan kehidupan.




BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Agama sebagai candu memiliki arti bahwwa dalam agama manusia tidak menjadi diri sendiri, melainkan ia menjadi objek Tuham. Manusia tidak mengobjektifkan diri sendiri dalam kehidupan nyata ini.
Teori ini dilatarbelakangi oleh prinsip-prinsip ekonomi dan politik yang dipertautkan dengan agama.
Teori ini juga mengindikasikan bahwa manusia tidak menjadi diri sendiri, tidak mampu merealisasikan kehendak diri, dan tidak memiliki otonomi terhadap diri. Manusia terasing dari diri sendiri disebabkan dogma-dogma agama. Namun, manusia tetap selalu terlibat dalam agama berikut aspek-aspeknya.
Teori ini mengindikasikan bahwa manusia memproyeksikan dirinya kepada Tuhan, tetapi tidak pernah melihat hakikat dirinya sendiri. Sehingga dalam hal ini, Marx ingin menafikan agama dai kehidupan manusia.
Karl Marx mengungkapkan teori agama sebagai alienasi dan candu sebagai penderitaan manusia yang merupakan tempat kehadiran Tuhan. Marx menghindarkan agama dari kehidupan dan tetap ada dalam aturan diri.
Marx tidak mengkritik agama itu sendiri, melainkan manusia yang menciptakan agama, pun yang terlibat di dalamnya, tunduk padanya. Agama yang dikritik Marx pun tidaklah semua agama, melainkan agama yang tidak bisa dirasionalisasikan.
B.            Komentar Singkat
Marx membawa agama ke dalam ranah ekonomi dan politik yang jelas berbeda dalam tujuan keberadaannya. Ekonomi dan duniawi untuk hal duniawi sedangkan agama untuk hal ukhrawi tetapi memiliki nilai-nilai untuk menuntuk kehidupan duniawi. Ia juga mengomentari agama yang dianggapnya tidak rasional karena memandang pengamalan manusia itu sendiri terhadap agama. Doktrin ini merupakan doktrin kapitalis dan materialistik yang menafikan agama berikut aspek-aspeknya. Ia mendobrak paham tentang dogma agama dan menghindarinya agar manusia dapat berbuat sekehendak hatinya untuk meraih segala tujuan.



DAFTAR PUSTAKA

L. Pals, Daniel.. Seven Theories of Religions; Dari Animisme E.B. Taylor, Materialsm Karl Mark, hingga Antropologi Budaya C.Geertz, Terj. Ali Noerjaman. Yogyakarta: Qalam. 2001.
Magnis, Frans. & Suseno.  Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1999.


 \
Copyright © KESAKSIAN. All rights reserved. Template by CB Blogger