Monday, January 14, 2013

You Can (Not) Trust Your Perception

January 14, 2013



Banyak orang memandang dunia menurut apa yang ingin ia lihat terjadi, bukan apa yang sesungguhnya terjadi. Salah satu pelajaran yang diambil dari novel Sang Alkemis karya Paulo Coelho.
Kembali aku berbagi tentang apa yang masih melekat kuat dalam ingatanku. Masih tentang ilmu yang diberikan di bangku SLTA. Masih pula tentang psikologi, dan yang memerikan ilmu ini adalah guru BP ku yang mana ia adalah sarjana psikologi.
Kali ini aku menulis tentang persepsi, yang dalam KBBI didefinisikan sebagai 1) tanggapan (penerimaan) langsung dr sesuatu; serapan; 2) proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya. Ya, seperti itulah persepsi. Persepsi berasal dari bahasa Latin (perceptio, percipio) yang berarti pengaturan, identifikasi, dan interpretasi dari informasi sensori untuk merepresentasikan dan mengartikan lingkungan. Menurut De Vito (1997:75), persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita. Gulo (1982:207) mendefinisikan persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Rakhmat (1994:51) menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dan menurut Atkinson, persepsi adalah proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan.

Singkatnya, persepsi merupakan timbal balik diri kita terhadap stimulus yang datang. Stimulus diterima oleh alat indera.
Persepsi bersifat sangat subjektif. Hal ini menyebabkan persepsi tidak selalu benar bahkan cenderung salah jika tidak dipikirkan secara matang apa maksud stimulus tersebut. 
Persepsi adalah hal yang tidak pasti karena ia bersifat subjektif. Tergantung bagaimana cara pandang orang masing-masing.
Baiklah, sebuah contoh. Coba Anda lihat dan amati gambar berikut ini.



Apakah gambar diatas adalah gambar sebuah pot ataukah dua wajah yang sedang berhadapan? Ini tergantung bagaimana cara orang memandang.
Persepsi seringkali dipengaruhi oleh pengalaman, kepribadian, dan pola pikir seseorangBila dikaitkan dengan proses sensorik khususnya pada tingkat biologis, proses persepsi adalah proses perseptual, proses yang berkaitan dengan sistem saraf pusat, dimana terjadi pengolahan informasi terhadap stimulus yang terseleksi dengan sadar yang masuk melalui proses sensorik.
Coba perhatikan lagi gambar di bawah ini.

Nah, gambar apa? Apakah Anda melihat gambar diatas sebagai gambar seorang putri yang masih belia sedang menoleh ke kanan, atau seorang nenek tua yang sedang menundukkan pandangan?
Hal terpenting dari ilmu tentang persepsi ini adalah bahwasannya setiap orang memiliki persepsi berbeda-beda terhadap stimulus yang sama. Kita tidak bisa memaksakan persepsi kita terhadap persepsi orang lain, kecuali jika persepsi kita lebih membawa kebaikan daripada persepsi orang lain, terutama dalam menilai sikap.


Misalkan kita sedang mengajar di suatu kelas atau sedang memberi materi dalam suatu forum diskusi. Kemudian ada orang yang terlihat selalu menertawakan kita, nyengir-nyengir sendiri. Tentu persepsi kita terhadap orang tersebut bisa berbeda-beda. Mungkin kita merasa sakit hati karena merasa tidak dihargai, atau kita merasa biasa saja karena memahami bentuk bibirnya yang seperti itu.

Hal lain yang tak kalah penting dari persepsi adalah ketika kita membaca sebuah tulisan, misalnya sms. Tulisan itu tak bernada dan tak berirama. Sehingga untuk memahaminya tentu sangat tergantung pada cara pandang si pembaca. Jika seseorang mengirim sms, "awas, hati-hati, nanti jatoh lagi!". Mungkin si pembaca pernah terjatuh dari motor saat berkendara sehingga diingatkan oleh si pengirim sms agar kejadian itu tak terulang lagi. Namun lain halnya jika si pembaca sms tidak pernah jatuh dari motor, tentu ia akan kebingungan. Maksudnya apa? Padahal kata "lagi" pada sms tersebut adalah sebagai imbuhan tak bermakna untuk melengkapi kalimat seperti dalam percakapan sehari-hari. Kalau bahasa sundanya "geura".
Jangankan dalam tulisan, dalam kemunikasi verbal pun seringkali terjadi kesalahan persepsi karena perbedaaan karakter tiap orang. Orang yang tidak tahu bahasa halus dan selalu berbicara dengan nada tinggi tentu akan dipandang jelek oleh orang yang selalu berbahasa halus dan bernada sopan, padahal itu hanya kebiasaan, budaya, atau bahkan dialek daerahnya yang kasar atau halus. Oleh karena itu, kita harus cermat dalam menilai persepsi masing-masing. Semakin pandai Anda mengendalikan persepsi, semakin pandai pula anda berkomunikasi dan disukai.
Masih banyak hal mengenai persepsi yang seringkali tidak bisa dijadikan rujukan untuk menarik kesimpulan terhadap stimulus yang diterima. Seringkali persepsi menimbulkan kesalahpahaman antar sesama.
Diantar solusi untuk menjaga agar tidak terjadi kekacauan karena kesalahan persepsi adalah "berkomunikasi". Komunikasikanlah segala apa yang menjadi kerisauan, kegundahan, dan pertanyaan bagi stimulus itu. Atau jika stimulus tidak datang dari sesama manusia maka cari tahu dan analisis lebih jauh. Cari sisi baiknya. Berbaik sangkalah. Karena kita tidak bisa mempercayai persepsi kita.

Thanks for reading You Can (Not) Trust Your Perception

Related Posts

Your Comments

No comments:

Post a Comment

Copyright © KESAKSIAN. All rights reserved. Template by CB Blogger