Monday, September 24, 2012

DULU FISIKA, SEKARANG STATISTIKA

September 24, 2012


hidup ini memang sulit untuk diterka dengan akal kita. aku selalu merenungi kehidupanku ini, hingga saat ini, yang mungkin sangat berbeda dengan apa yang telah ku perkirakan dan ku pikirkan serta ku bayangkan dulu, dulu sekali. mungkin jika ku perhitungkan tingkat perbedaannya sekitar fx(x,y)=dz/dx derajat, dimana dz/dx merupakan turunan parsial pertama dari z=1/4 (64+8x^2-8y^2)^(1/2), pada titik (x,y) dimana x=y=360.
disini aku memakai kata "aku", maksudku hanya ingin menunjukkan keakuanku.
aku ingin berbagi kisah pengalamanku pada para pembaca yang budiman. sejak dulu keinginanku adalah bergelut dalam dunia fisika. mungkin karena dulu ketika masih duduk di bangku SLTP aku sempat mendapatkan nilai ujian mata pelajaran fisika yang tidak terlalu jelek, hanya mendapat kesalahan satu nomor soal multiple choice. selain itu aku sempat juga mengikuti olimpiade fisika yang diadakan oleh Institut Teknologi Bandung. ya, mungkin aku sempat menjadi murid yang cukup "disukai" oleh guru-guru fisika ku sejak SLTP dan SLTA kelas 1, kenapa? karena guru fisika ku ketika aku kelas 2 dan 3 SLTA "terlalu pintar" dan pembahasan logikanya dalam sekali, maklum beliau dosen fisika ITB ^_^, sehingga akupun sulit untuk mengikuti pelajarannya. namun, dari guru fisika ku yang inilah aku memiliki keinginan kuat untuk mempelajari filsafat. hah? filsafat? bukankah itu ilmu yang sia-sia, bahkan haram? atau yang lebih parah lagi ada yang bilang kalau filsafat itu tidak masuk akal... -__-"
aku tidak akan membahas filsafat disini. (masalahnya aku belum berani dan -yang terpenting- belum bisa... ^_^)
aku ceritakan sedikit latar belakang pendidikanku saat duduk di bangku SLTA. 
aku sekolah di SMK farmasi, aku masuk ke sekolah itu karena aku melihat prospek lulusannya, menurutku, baik dan bisa diterima dimana saja, baik di dunia kerja maupun di bangku kuliah. meskipun aku sadar bahwa kefarmasian merupakan hal yang baru bagiku karena keinginanku hanya fisika, bahkan sampai sekarang pun begitu, namun aku tetap ingin mencoba memasuki dunia kefarmasian dengan apapun risikonya.
hingga saat itu, meskipun aku sekolah di SMK farmasi, dan alhamdulillah prestasiku di bidang farmasi tidak begitu mengecewakan, bahkan aku sempat menjadi murid teladan/lulusan terbaik saat pelantikan dan wisuda, aku tetap terpikat oleh yang namanya fisika, bukan karena aku sudah bisa, justru karena aku ingin bisa.
ceritaku memang bisa dibilang entah konyol atau aneh atau apapun deh, pokoknya aku merasa tertarik dengan ceritaku sendiri, jadi yang penasaran silakan baca sampai beres ya. ^_^

ketika itu aku sudah lulus dari SMK farmasi. prinsipku saat itu adalah langsung bekerja atau kuliah dengan bantuan beasiswa. titik. tak ada pilihan lagi. namun priositasku adalah kuliah dengan mendapatkan beasiswa.
aku telah berusaha mencari beasiswa kesana kemari. singkat cerita -mungkin jika ingin aku akan menceritakan perjuanganku mencari beasiswa full version- alhamdulillah aku mendapatkan beasiswa full version -full studi maksudnya- di Universitas Islam Indonesia. saat itu aku diterima di jurusan farmasi namun baru lulus ujian masuk saja tapi belum memberikan persyaratan administrasi. langsung saja pada pokok kendala, ketika sudah waktunya aku menyerahkan persyaratan administrasi, ada satu persyaratan yang belum aku penuhi yaitu surat keterangan bebas buta warna dari dokter mata. aku segera pergi ke dokter untuk meminta surat keterangan tersebut. namun hasilnya, mencengangkan, aku divonis buta warna parsial. kemudian aku pergi ke dokter lainnya. sampai tiga dokter sudah aku datangi dan hasilnya tetap sama saja, aku divonis buta warna parsial karena dari sekian angka dari buku test buta warna itu selalu saja ada satu atau dua angka yang tidak bisa ku lihat jelas. aku merasa kaget saat itu, padahal saat aku masuk SMK farmasi pun aku menjalani test seperti itu, dan 10 bulan sebelumnya aku menjalani test semacam itu pula di ITB, dan semuanya berhasil, aku divonis normal. namun ketika aku akan menyerahkan persyaratan administrasi ke UII kenapa aku tidak bisa melihat angka-angka itu? 
waktu itu aku tak tahu apakah yang seharusnya aku rasakan, sungguh, entah sedih atau senang? kenapa? aku sedih karena mengetahui keadaanku yang seperti itu kala itu, namun di lubuk hati yang paling dalam -ehmm...- aku merasa "biarlah, malah sukurlah, akhirnya aku bisa pindah jurusan" seakan aku sudah tak ada minat lagi untuk bergelut di bidang kefarmasian.
kebetulan di UII tidak ada jurusan fisika, jadi aku memutuskan untuk pindah ke jurusan psikologi saja. aku pun sudah diterima di jurusan psikologi, sudah mendapatkan konfirmasi dari ketua jurusannya. namun banyak orang-orang terdekatku yang menyarankan untuk masuk jurusan statistika saja karena itu lebih dekat dengan basic pendidikanku yakni bidang exact. akhirnya jadilah aku mahasiswa statistika sampai sekarang.
nah, katanya ingin ke fisika?
dulu rencanaku adalah kuliah di jurusan farmasi karena basic pendidikanku adalah farmasi, aku akhirnya sadar bahwa aku telah mengabaikan kata-kata motivasi semacam "gapailah mimpimu", "bermimpilah setinggi langit", "ikuti kata hatimu", aku mengabaikan hal-hal semacam itu jadi aku tak mengikuti keinginanku untuk bergelut di dunia fisika.
lantas mengapa tidak pindah universitas saja yang ada jurusan fisikanya?
aku terlanjur sudah mendapatkan beasiswa full study disini, jadi sayang kalau aku tidak mengambilnya.
pada akhirnya, yang dulu ada dalam benakku adalah menjadi fisikawan, filusuf, penulis, sekarang malah kuliah di jurusan statistika, mempunyai group musik pula.

alhamdulillaah, hanya kalimat syukur itu yang bisa kuucapkan sebagai bentuk apresiasi dari perasaan hatiku ini. aku tidak menyesal masuk jurusan statistika, tidak sama sekali, namun yang ku sesali adalah tidak masuk jurusan fisika. aku masih suka dengan filsafat, aku pun suka dengan perempuan ^_^, dan aku masih suka dengan fisika, mungkin sekarang hanya bisa sebatas suka karna aku telah menemukan sesuatu yang lebih berhak mendapat perhatian penuh dariku, yaitu statistika. aku merasa cukup nyaman di statistika ini. statistika mengajarkanku logika, meskipun tak seperti fisika, namun aku selalu yakin bahwa Allah telah menempatkanku di tempat yang seharusnya aku berkiprah disana. 
salam STATISTIKA.

dulu fisika, sekarang statistika, yang penting Allah semata, selamanya.

Thanks for reading DULU FISIKA, SEKARANG STATISTIKA

Related Posts

Your Comments

3 comments:

  1. Dan kenapa aku yg harus nerusin ke farmasii nif. .
    Hahahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. hhaha...

      yang penting Allah semata, selamanya. ^_^

      Delete

Copyright © KESAKSIAN. All rights reserved. Template by CB Blogger